Just Believe Part 15

Just Believe
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to you. Make a wish, Allah bless you. Go ahead." 
"Thank you guys you're the best" 
" oh its nothing, we're friends remember?"
"You're right, oh let me hug you. Oh i'm gonna miss you?"
"You're not going back to indonesia, are you?"
"So sorry, i have to go tomorrow"
"What are we waiting for, let's begin the party"
     Remember the last word that i sent to him, aku memulai hidupku yang baru disini di Virginia, untungnya aku mendapatkan beasiswa. Sehingga tak perlu merepotkan orang tuaku di indonesia 6 tahun sudah aku disini. Aku menempuh Program S1 kedokteran disini. Rencananya aku akan mengambil program S2 tapi sepertinya ibuku tak mengizinkannya dulu.
"Iya ibu, aku tahu. Aku bisa menjaga diri dengan baik disini. Kau tak perlu khawatir. Sebentar lagi aku akan take off"
"Hm! Baiklah berdo'a dan hati-hati sayang"
     Semenjak kepergianku, ibu selalu menelponku. Tapi sejujurnya yang ku khawatirkan adalah seandainya Tuhan menghendaki aku untuk bertatap muka dengannya. Maka apa boleh buat itu takdirku, tapi aku harus bertingkah seperti apa? Berpura-pura tak terjadi apa pun? Atau meminta maaf atas kejadian 6 tahun lalu. 
"Maaf, aku tak sengaja" terlalu banyak yang kupikirkan tak sengaja aku menabrak seseorang.
"Maafkan aku" aku membungkuk meminta maaf. Tapi orang itu telah berlalu. "Pria yang aneh, stylenya terlalu kuno untuk zaman yang serba IT"  
"Apa ini?"
     Aku pun berlari, sekuat yang aku bisa.
"Maaf permisi, buku anda tertinggal pak!" Tapi ia terlalu cepat. "Apa yang harus aku lakukan? Menyimpannya?"
     Ini tampak seperti diary. Sepertinya tak sopan seorang wanita memegang buku diary pria, aku harus ke pusat informasi bandara.
"Perhatian bagi anda yang kehilangan buku dengan ciri-ciri, berwarna hitam bertuliskan if i could freeze time, dan tali berwarna coklat harap melapor ke pusat informasi segera"
"Kalau begitu, saya pergi dulu" 
"Maaf mba anda harus tetap disini sampai pemilik aslinya datang"
"Tapi saya harus segera pulang"
"Maaf mba itu ketentuan disini"
     Dengan wajah muram aku menunggu.
"Mba, maaf pemiliknya tak juga datang. Ini, anda bisa kembali lagi. Karena ini sudah lewat 8 jam anda berhak memilikinya"
"8 jam? Jam berapa sekarang?"
"22:17 mba"
"Astaga, ibuku pasti cemas"
"Mba! Anda melupakan ini" 
"Oh ya terima kasih"
     Tanpa pikir panjang aku pergi membawa tasku, manusia seperti apa yang tidur dibandara selama 8 jam.
"Kau pasti sangat lelah Tari" batinku.
     Jakarta sudah banyak berubah sejak kepergianku. Aku membuka kaca jendela dan menyesapi setiap desiran angin yang menerpaku.
"Astaga aku merindukan hawa ini"
"Maaf sudah sampai, mba"
"Oh ya ini"
"Baik terima kasih"
     Aku meneliti bentuknya adakah yang berubah sejak kepergianku.
"Sepertinya tinah jarang merawatmu"
     Aku melangkahkan kaki mendekatinya.
Ting...tong..........ting...tong...
"Ya sebentar"
"Astaga non, bu pak non tari datang"
"Tari! Ibu sangat merindukanmu sayang, kenapa lama sekali? Seseorang menunggumu sejak lama."
"Siapa? Ayah? Bukankah ia sedang dinas malam ini bu?"
"Selamat malam, long time no see"
"Kau? Apa yang kau lakukan disini? Jadi ini alasan ibu memintaku pulang secepatnya? Hanya untuk bertemu dengannya? Kalian. Aku lelah"
     Aku langsung berlari memasuki kamarku.
"Sayang Dito sudah lama menunggu, setidaknya sapa lah ia. Ia juga baru tiba di jakarta"
"Aku tidak peduli"
"Maaf nak dito, mungkin ia memang terlalu lelah. Tak apa tante aku bisa kembali besok." Samar-samar terdengar percakapan mereka.
"Tak perlu kembali besok, lusa atau kapan pun!"
"Maafkan dia"
"Tak apa tante"
     Tiba-tiba percakapan itu menghilang mungkin ia sudah pulang syukurlah. Aku harus tidur. Ketika angin mulai menyusup, rasa laparpun mulai menyusup.
"Ah, aku baru ingat, aku bahkan belum makan karna diary sialan itu. Sebaiknya kubuang saja, sekaligus mencari beberapa makanan yang mengganjal mr.starving ini, uuuh"
     Aku melangkah menuju dapur, dan hendak membuang diary itu. Tiba-tiba aku melihat pintu kulkas terbuka dengan sigap aku mengambil vas bunga dari kayu yang ada di dekat ku.
"Rasakan ini! Dasar maling"
"Auch, auch"
     Pria tak dikenal ini menarik badanku dan membungkan mulutku dengan tangannya saat aku hendak berteriak.
"Hei ini aku"
"Kau! Lepaskan!"
"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau seharusnya pulang?"
"Apa ini sebuah sambutan, untuk seseorang yang mencintaimu."
"Ssst, diam dan jawablah"
"Kau masih seperti dulu, kau tidak merasakan angin diluar, malam sedang bersedih, ibumu memintaku untuk tidur disini."
"Tapi, seharusnya kau menolaknya"
"Bagaimana jika aku tak mau?"
"Terserah, menyingkir, aku ingin membuang ini, dan karna kehadiranmu aku tak kelaparan"
"Itu salahm- tunggu dimana kau mendapatkan itu? Itu miliku. Aku menghilangkannya hari ini?"
"Jadi kau pria dengan style yang sangat kuno itu. Kemana dito yang terlihat tampan?"
"Jadi kau mengakui ketampananku meski sudah 6 tahun lamanya"
"Ini ku kembalikan menyingkir aku lapar!"
"Kau mau pergi kemana? Aku merindukanmu"
     Ia menarikku paksa kepelukannya, meghirup feronom dileherku. Dan menguatkan pelukannya
"Sudah lama aku menantikan waktu ini, waktu bisa memaksamu kembali, aku hampir gila saat kau pergi."
"Begitukah?"
"Tidakkah kau merindukanku?
"Apakah harus? Kau bukanlah siapa-siapa bagiku, jadi ku mohon menyingkirlah."
"Aku tak ingin melepasmu, aku tak tau apa yang akan yang akan terjadi stelah, ini bisa saja kau pergi lagi."
"Ayo lah dit, aku sangat kelaparan saat ini."
"Berjanjilah kau tak akan menghindariku"
     Ia membalik posisi tubuhku sehingga menghadapnya.
"Apa?"
"Kumohon berjanjilah" ia mempererat dekapannya, mengikis jarak.
"Baik-baik aku berjanji"
     Dekapannya melonggar waktunya aku pergi.
"Kau maku ke mana?"
"Tentu saja makan"
"Setidaknya, beri aku kecupan sebagai tanda kau telah menerima hatiku"
"Kecupan? Menerima hatimu?"
"Baiklah jika kau ingin kembali berada dalam dekapanku hingga kau-"
"Baiklah baiklah, aku mengerti, pejamkan matamu"
     Dalam dekapannya, aku mulai mendekat, mengikis jarak, dan sukses mendaratkan bibirku. Seketika lampu menyala.
"Happy birthday tari, happy birthday tari, selamat hari ulang tahun, happy birthday tari."
     Aku terlonjak, jadi sedari tadi ia ibu ayah dan wanita ini, devi mengerjaiku. Tapi sejak kapan.
"Make a wish sayang dan tiuplah"
     Aku harap, di tahun ini aku bisa menikah, dengan pria yang ku cintai hidup bahagia.
"Tak mungkin aku melupakan sahabat meski kau mungkin telah, melupakanku."
"Terima kasih banyak, ayah ibu dev, daannnn.... Kau!"
"Sungguh wanita yang tidak ada manis-manisnya, tapi aku tetap mencintaimu"
"Ekhhemm, ibu tau kalian sedang...... Tapi bisakah kalian melepas... Ekheem"
"Oh!!"
     Aku terlonjak.
"Tunggu, aku punya satu hadiah."
     Ia merogoh saku celananya. Mengambil kotak kecil disana dan bersimpuh.
"Maaf telah membuatmu manangis, maaf aku terlalu sering memaksamu. Semua ku lakukan agar kau bisa terus bersamaku. Aku ingin selalu melihat senyummu, aku ingin wajahmu yang selalu hadir saat aku membuka mataku dipagi hari, aku ingin kau yang selalu ku peluk disetiap pagi, dan aku ingin melihatmu tumbuh bersama. So, will you marry me?"
"Astaga!"
     Aku terlonjak, bagaimana bisa?
"Ibu?"
     Mataku berkaca, aku hampir menangis. Kutahan semampuku.
"Kau sudah cukup besar untuk menentukan jalan hidupmu." Balas ibuku.
"Tapi, maaf aku tak bisa"
"Tari, apa kau yaki-"
"Aku tak bisa untuk menolaknya, so i will."
     Ia beranjak kembali mendekapku. Dan menhecup pelan bibirku.
     Aku menangis dalam pelukannya,mdan tersenyum pada ibuku. Terima kasih.



!!! Note: otw the last part. Stay tune. :3

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE