14 JB

Just Believe
kaki ku seketika luruh, aku berusaha bangkit. berpengangan pada besi tua itu.
"kita harus bertemu" kata terakhirku untuk pria diujung sana. 
     aku segera berlari, berusaha melewati kerumunan. astaga kaki ini bahkan tak sanggup, ayolah kau pasti bisa. 
"kenapa Tuhan merencanakan semua ini, apa aku telah berbuat kesalahan yang fatal sehingga Engkau membuatku seperti ini" batinku sembari mengusap airmata yang mulai turun dari sisi kiri.
     jadi itu alasan aku mengenali wajah itu, jadi itu alasan gadis manis bernama 'Devi' itu familiar, dan itu alasan ia sangat berbaik hati memberikan hatinya padaku. alasan kenapa ia selalu memaksaku, dan dengan santainya aku menikmati itu semua padahal cintaku yang sebenarnya ter-......
     aku terlonjak saat sebuah tangan kekar mematut dipergelangan tanganku.
"kau mau kemana? acara mau dimulai.pesta ini tak seru tanpamu" katanya dengan wajah memelas.
     setelah apa yang kau lakukan kau masih bisa tertawa, sorot mataku tajam saat bola matanya tercekat tak bisa bergerak. 
"tunggu kenapa kau menangis?"
"kau tak perlu tau"
"apa yang terjadi? apa wnaita itu mengganggumu lagi?"
"......"
"sudah ku duga, baiklah ayo kita menemuinya aku akan memutuskannya sekarang"
     ia menarikku paksa.
"lepaskan!!" sentakan pada tangannya dan teriakanku tiba-tiba membuatnya terkejut.
"......."
"kau, enyahlah dari kehidupanku. jangan pernah menemuiku, menghubungiku, apalagi memaksaku megikuti semua peraturan busukmu yang semakin membuatku terluka"
     aku berlari, meninggalkannya. saat ini tujuanku. cafe diujung sana, aku berusaha mendapatkan kepastian atas semua kebingungan ini, dan kau masih tak menyangka dia sekeji itu.
     di pintu masuk, tampak seorang pria berjaket kulit merah maroon, dengan dagu lancip, pipi yang tirus dan perawakan tampan melambai padaku. bukannya tak mau melambai aku lebih memilih memberikan sorotan tajam padanya. lekas ia menurunkan tangannya.
 *****
     kuperhatikan album usang ini satu persatu. album ini memang tampak tak asing dimataku. ada 3 album dimeja. LOVE. FRIENDSHIP. FAMILY.
"kau yakin akan membuka itu sekrang. kau bisa menunggu jika kau belum siap"
"t-tidak, aku siap"
"bahkan suaramu masih getir, sebaiknya ku undur saja" katanya sambil menarik 2 album sekaligus.
"tidak aku siap"
"baiklah, mau kaumulai dari mana dulu?" dengan 2 album ditangannya dan menyisakan satu album di meja.
"mungkin yang dimeja ini bisa memberikan sedikit pencerahan"
"silahkan"
     dengan tangan gemetar aku mulai menyentuh dan akan membuk-.
"pergi dari sini"
"yak! apa yang kau lakukan disini?"
"aku seharusnya yang bertanya padamu? tak seharusnya kau disini dengan si lidah perak, cih kau sangat baik dalam memainkan peranmu, ayo"
"bukankah sudah kukatakan aku tak mau!"
"tari?"
"kau yang menyebabkan aku seperti ini, kau yang membuatku harus merasakan tajamnya pisau, aku yang membuatku kehilangan dia....." aku terduduk lemas. "semua itu kau yang melakukannya"
"see?"
     kudengar dito menggeram.
"lihat yang sudah kau perbuat! enyah kau dari muka bumi!!"
BUG!
     ku tegakan wajahku seketika, dito yang terlalu marah membuat pria berjaket itu kewalahan untuk menyerang balik.
"bukankah sudah kuakatakan untuk tak menampakan wajahmu!!"
"kau yang membuatku untuk segera memunculkan wajahku"
"enyah kau!"
"Dito!! satu serangan lagi kupastikan kau tak akan pernah melihat wajahku lagi"
     telunjukku bahkan gemetar, mataku memerah dengan airmata mengalir disana. ia menoleh padaku. kembali menarikku paksa.
*****
"kau tahu aku menyukaimu?"
"....." aku terdiam sambil meringis.
"semua yang ku lakukan selama ini untuk melindungimu"
"..." aku masih terdiam
"aissh! apakah kau tahu menyakitkan untuk membuatmu kembali mengenali masa kelam itu. aku sudah berjanji padanya untuk tak- ashhh!"
"padanya?"
"tak pernahkah kau merasa aneh, wajahku seperti familiar bagimu?"
"akk!"
"sudah kukatakan"
     lagi, sekelebat moment menerpaku secara tiba-tiba. aku tertunduk dito sergap memegangi lengan dan bahuku membantuku berdiri.
"ayo, tetaplah menjadi wanitaku yang seperti dulu"
"maaf dit, tapi aku bukan wanitamu"
     aku melepaskan dekapannya. aku berjalan menjauhinya. mungkin sekarang ia menatapku nanar.
"meski acuh setidaknya Rei lebih menyayangiku" aku membatin.
*****
to: dito
maaf tak dapat membalas perasaanmu, maaf tak dapat memberikan salam perpisahan untukmu. 1 tahun sudh cukup membuatku merasakan hangatnya dekapmu. mungkin tak menampakan diri di depanmu bisa membuatku lebih tenang, mencoba mencariku?. maka usahamu sia-sia. dan satu pengakuanku. jauh saat kau pertama kali menemuiku di hospital, getar itu mulai muncul. night and bye. :')
send.........
"......."
     baiklah, kau berhasil Tari. kau berhasil. 
"perhatian penumpang, america airlines dengan nomor penerbangan sq 965 tujuan new york dipersilahkan naik ke pesawat melalui gate A4"
     itu panggilanku, sampai jumpa sayang.
TBC......
note: 2 part menuju akhir.

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15