T
epat pada, 24 Mei 1998. Tangisan seorang bayi kala itu pecah memenuhi seisi ruangan persalinan di Rumah Sakit Budi Mulyo. Kekhawatiran insan dunia saat itu seketika hilang, mengetahui bahwa seorang bayi perempuan telah lahir dengan selamat ke dunia. Ragkulan pertama dirasakan oleh calon ibu, bukan lebih tepatnya seorang ibu. Dekapan hangatnya menyelimuti tubuh mungil nan suci. Jalinan kemistri yang sangat kuat kentara hingga ke pelupuk mata. Tak henti-hentinya ibu ini menagis, menitihkan air mata. Air mata bahagia karena telah melahirkan bayi perempuan yang sehat. “kuberi nama Sukosari Devantari”.

Ia tumbuh menjadi gadis cantik, periang dan penurut. Ia terlihat sangat manis saat ia tersenyum, bahkan gula jawa kalah manis.
 Mengenyam pendidikan di sekolah dasar, membuat ia banyak mengenal dunia baru. Keingintahuannya akan dunia membuat ia meraih peringkat dan nilai yang bagus. Ia selalu bersyukur akan segala nikmat yang diberikan Allah padanya. Keluarga yang mapan, kebahagiaan, kesehatan dan kecerdasan pikiran adalah anugrah tersendiri baginya.
“kelak kau akan menjadi orang yang sukses sayang” perkataan ibunya bahkan masih terngiang dibenaknya. Setelah menyelesaikan studynya di tingkat dasar ia beranjak ketingkat selanjutnya, SMP.

 Beranjak remaja, kepekaan tubuhnya mulai terasa. Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi membuat ia tampak sedikit lebih, berisi. Perasaannya mulai memainkan perannya. Mencari lawan jenis yang menarik menjadi salah satu kepuasan tersendiri baginya. Bukan merujuk pada hal yang negatif, mungkin semangat akan cinta membuat ia lebih semangat dalam belajar. Seiring berjalanya waktu, mendekati UNAS. Tekadnya yang bulat membuat ia berhasil lulus dengan hasil memuaskan. Inilah salah satu kelebihannya, bekerja keras. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk sesuatu yang ia harus kerjakan. Kerja keras itu terbayar sudah, ia berhasil naik ketingkat yang lebih tinggi, SMA. 

Lentera dunia kala itu masih samar, kayuhan pedal kucuran keringat menjadi bukti kehadirannya, ia memilih untukmelanjutkan hidupnya dinegeri orang. “semangat untuk kedepannya” kata-kata itu selalu ia ucapkan sepnjang perjalanan. Ia menoleh kebelakang “apa ini tidak terlalu pagi? Bahkan mahkota Jogja hari ini belum sepenuhnya bangun. Mungkin ia lelah karna erupsi beberapa tahun lalu.” Batinya. “baiklah, hari ini semoga lancar” harapan sederhananya menjadi semangat dan pengharapannya untuk hari ini.
mottonya, “be the one that you feel comfort with it” ia memilih persinggahan tubuh yang paling nyaman. Baris ke 3 kursi ke 2 dari pintu, sasaran utamanya.  

Ia tersenyum kepada sebaya, “Sukosari Devantari, bisa di panggil Tari” perkenalan singkat namun menyenangkan. Bisa terlihat dari bahasa tubuhnya. Satu hal yang ia ingin tahu, akankah masa kejayaan itu muncul kembali?, ia masih berusaha.
Berusaha yang terbaik, meyakini bahwa semua tak ada yang mustahil dengan usaha dan kerja keras.
sukosari devantari. 

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15