13 JB

Just Believe

     someone said, a teengirl dipenuhi oleh cinta. dan yang lain berkata masa muda, masa yang menyenangkan. mungkin semua itu belum menghampiriku. terlepas dari keseharianku sebagai seorang anak, aku dipenuhi oleh tugas yang dengan senang hati duduk bersandar dibahuku. satu selesai yang lain bermunculan. aku masih disudut library, berkutik dengan computer, kuncir kuda, dan bermata empat. 
         pria berdasi putih itu, selalu memperhatikan gerak-gerakku, gelisah aku dibuatnya. satu lagi wanita berkacamat aneh itu tak berhenti menata buku yang tempatnya beberapa blok dari aku duduk. aku  menyadarinya, seharusnya ia sudah selesai mengerjakan itu semua. mungkin kesepian mulai mencaciku.
"arrggghh Tuhan!"
"ssssstttt"
"maaf...."
            great, sekarang aku benar-benar mati rasa. mungkin sedikit kebakaran bisa membuat sepi ini menjadi sedikit..... meriah(?). 
"berdiam diri disini dan meninggalkanku sendiri, kau sunggu tega"
            ia menepuk pelan bahuku, wajahnya tak familiar dimataku. 
"lama tak bertemu"
"..... ya?"
"benar, kau sudah tak mengenaliku"
"......"
      tunggu siapa dia? tak mengenaliku? maksudnya. ia berlalu, hanya lima kata terlontar dan menimbulkan tanda tanya besar. apa maksudnya? tapi, apa peduliku? aku tak mengenalinya. aku kembali berkutat dengan layar terpaku. 
"hei cantik, apa yang kau lakukan disini?"
"apa pedulimu? bukan urusanmu"
"ketus"
"apa?"
"nothing, so apa yang sedang kau lakuakan?"
"tak bisakah kau melihatnya?"
"apa?"
"ah sudahlah, bicara denganmu tak ada manfaatnya. lebih baik kau pergi bersama kekasihmu, aku tak ingin menjadi sasaran empuk singa itu"
"tak ada yang perlu kau takutkan, dia sudah pulang"
"kau tak pulang?"
     dia hanya menggeleng.
"aku akan mengantarmu pulang"
"pulanglah aku bisa sendiri"
"tak perlu sungkan"
"sungkan? oh Tuhan mengapa Engkau ciptakan makhluk seperti dia"
"sudah pasti untuk menjagamu"
"ayo!"
"hei tunggu, aku bahkan belum berbenah"
"itu berarti kau tidak menolak ajakanku?"
"tunggu.... itu bukan  ber-"
"sstt, kemasi aku menunggumu diluar"
     dasar, kapan ia bisa merubah sifat pemaksanya itu? sambil memperhatikannya, overprotectingnya membuatku sedikit nyaman. setidaknya aku aman dari wanita jelmaan itu. aku masih terus memperhatikannya. tiba-tiba aku merasakan seseorang menyentuh lenganku pelan, begitu aku berbalik, aku mendapati secarik kertas dengan nomor bertuliskan, jika kau ingin tau yang sebernarnya.
"apa maksudnya?"
      aku berusaha mencari sosok yang berani menulis dan meletakan surat ini.
"ayolah, waktu terus berlalu!"
      teriaknya, pencarianku terhenti oleh makian pria itu. kapan kau berubah?.
"sudah siap? ayo"
"jika wanita itu kembali mengerjaiku, kau harus bertanggung jawab."
"siap nona"
"kau bukan pelayanku, panggil aku-"
"sayang?"
"kau terlalu agresif"
"bukankah kau suka?"
"kapan aku mengata-"
"sudah, bukankah kau tak ingin berdebat?"
"ya"
"hei ayolah, beri kau sedikit senyummu"
"jadi mengantarku pulang?"
"siaap"
     baiklah, selama perjalanan ia terus mengoceh tak tentu. maaf bukan maksudku tak mendengarkanku tapi pikiranku saat ini sedang tertuju pada sosok pria yang mendatangiku.
"kertas apa itu?"
"ah?"
     ia mendekat berusaha mengambil kertas misterius yang kutemukan tadi. dengan cepat akumengelak
"bukan apa-apa?"
"hoho, aku mencium bau mencurigakan disini"
"sudahlah fokus pada jalan, aku tak ingin berakhir di rumah sakit"
"siap sayang"
"stop memanggilku dengan sebutan itu" kataku menyesapi sapuan angin sore dari jendela kaca mobil yang sedikit terbuka
"why?"
"fokuslah pada kekasihmu"
"....."
"kenapa sekarang diam?" fokusku masih tetap pada langit senja yang mulai redup. "hai aku bertanya" ku arahkan kepalaku untuk kembali menatapnya, mencari jawaban mengapa ia terdiam sekarang.
     wajahnya terlalu dekat, sangat dekat aku bisa merasakan hembusan nafasnya pada pipiku.
"saat kita berdua berhenti membicarakan wanita itu. disini hanya ada kita berdua jadi-"
"ya aku mengerti"
"manisnya" tangan kirinya mengusap puncak kepalaku.
     aku hanya bisa menunduk dengan pipi semu. astaga aku takut kau mengambil hatiku dit. aku takut yang dulu serupa terjadi.
******
     unearthly, pernah dengar? ini novel andalanku kedua. menceritakan kisah seorang manusia dengan kehidupan 1/4 darah dewa mengalir dalam darahnya. berlatar belkanag ibu manusia dan ayah yang 1/2 dewa ia memiliki penglihatan saat usianya menginjak 18 tahun. saat dimana ia harus menyelamatkan takdirnya dari kematian, saat dimana ia harus dilema oleh 2 cinta yang mengejar diakhir cerita, dan saat dimana ia mendapati diri bahwa ia harus masuk dalam kobaran api yang bisa membunuhnya. novel setebal 300 halaman menemani malma ini. berhubung dito malam yang harus mengikuti unjian akhirnya. ia tak lagi bisa mengusikku.
     aku sampai pada halaman 153, saat dimana wendy dipojokkan, dengan rambut wortel pirangnya yang bisa berkilau kapan saja, karena jujur ia maish belum bisa sepenuhnya mengontrol kekuatannya sendiri. ia harus rela dipojokan oleh pria berbau masam dengan perawakan cold guy, dan rambut seperti surai raja hutan, menyudutkannya disisi selatan kelas. kata demi kata aku resapi, penulis sungguh indah bisa membawa kita seolah meyaksikan adegan itu sendiri. 289 saat yang menegangkan, wendy berlari 'ini salah' berkali-kali ia berguman, karena ia telah jatuh cinta kepada pria yang bukna takdirnya. chris tengah berdiri di rimbunan hutan pinus, ini salah batin wendy, dengan tergesa ia mengeluarkan sayap putihnya. tiba-tiba sayap hitam mengintrupsi ketenangannya, wendy terjatuh dengan kecepatan yang luar biasa, sayap hitam tertawa bangga, ' kau pantas mati nak'.
     'sinar! sinar?!' seketika wendy mengeluarkan cahaya menyilaukan membuat sayap hitam kewalahan menghadapi itu dan-
"tari cepatlah tidur besok hari besarmu!"
"ya ibu!"
"sampaikan salamku pada novel kesayangan itu!"
"ya! kau dengar wendy kau dapat salam darinya, maaf hari ini aku harus meninggalkanmu, malam"

     ******
hari ini pensi sekolah diadakan, aku turut serta dalam penampilan. berhubung ujian berakhir, maka pensipun diadakan. mereka terlihat mengesankan, senior dengan tuxedo hitam kemeja abu-abu, kontras denganmake up yang mempertegas line mereka. diseberang terlihat senior wanita dengan balutan busana eropa classic sarung tangan putih jaring mini dress cream, wedges hitam berpadu dengan rambut gelombang dan berkilau, make up normal dengan warna bibir peach menambah kesan vintage dalam acara ini. mengingat tema "original beauty" 
"hai!"
"seseorang akan mengenalimu, apa yang kau lakukan disini?"
"melihat wanitaku"
"wanitamu? apa kau mau mati hah?"
"sebentar lagi aku lulus, tak ada yang perlu ku sembunyikan. aku menyukaimu. aku berusaha untuk tidak namun kenangan it-"
"tunggu kenapa berhenti? kenangan apa?"
"nothing"
"kau harus jujur"
"maafkan aku"
"untuk apa?"
"untuk segalanya" ia mengecup ringan puncak kepalaku. "setidaknya aku sudah mengungkapkan perasaanku, kuharap kau bisa membalasnya"
"dit, acara dimulai!"
"ya! aku menantikanmu" sambil mencium tanganku.
"eum! pergilah"
     baiklah saat ini aku benar-benar bimbang. 
"akkh1 arggh!"
     sekelebat momen tiba-tiba terlintas, wajah asing itu, secarik kertas, seolah aku mengenalnya.
"kau tak apa?"
"argghh!"
"aku tak yakin kau baik-baik saja, sebaiknya kau istirahat. jika kau tak sanggup terpaks aku harus mengganti bagianmu"
"apa?! tidak aku baik-baik saja"
"kau yakin, boleh kau ambilkan ponselku?"
"tentu, ini!"
"baiklah terima kasih"
     010-90124145886, dial. 
"......................."
"halo?"
TBC.......


Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15