11 JB


Just Believe

"pernah terpikir untuk gak maksain kehendak sendiri?! aku hanya ingin tenang"
"....."
"diam? bagus kau sudah membawaku jauh kesini dan yang pasti aku tidak tau pastinya dan jawabanmu hanya... diam?"
"...."
"aku ingin pulang"
     dengan gaya angkuhku, 180 derajat menjadi tujuanku untuk  menjauh darinya.
"stay here....."
     aku menoleh sesaat.
"please just stay here, i don't want to be alone...."
"......"
     apa ini? dia memohon padaku? 
"tidak sebaiknya kita kembali teman-teman pasti khawatir, lagi pula tidak seharusnya kita berdua disni"
"tak bisakah hanya ada kita berdua?"
"maaf..."
     belum sempat kaki ku menapak pada lahat, tiba-tiba langit menangis. 
"kau datang disaat yang tidak tepat sayang.." batinku
     seketika surya pun muram.
"aku hanya ingin melihat senyummu kali ini" batinku lagu
"kemarilah kau tidak ingin kedinginan bukan?"
"tak perlu kita harus jaga jarak disaat seperti ini"
"percayalah aku tak akan berani menyentuhmu lebih, (i'll protect you my dear)"
"tak perlu, aku bisa mengatasi ini"
GREP!
     ia menarikku paksa, tepat jatuh dalam pelukannya
"kau berhasil membuatku terkejut dan merah padam"
"itu sudah menjadi hobyku"
"apakah memaksa adalah salah satu hobimu?"
"tidak, itu hanya untuk mereka yang aku sayang"
"sayang?"
"ya, rasa dimana saat kamu melihat matanya, bulatan itu mampu membuatmu nyaman. saat dimana dia menghilang dan kau benar-benar merindukannya, kau hanya bisa terpaku saat ia tersenyum, saat mendekap begitu nyaman, itulah saat dimana aku menatapmu"
     aku memukulnya pelan
"ah? haha kau membuatku tertawa, apa itu lelucon?"
     aku tertawa sepuasnya
"ternyata kau juga ahli membuat orang tertawa, kenapa tidak dari awal?"
"bagaimana jika itu bukan lelucon?"
KREK! DUG!
"ahk!"
"kau baik-baik saja?"
"...."
"apa ada yang melukaimu?"
     aku hanya menggeleng pelan
"syukurlah"
     bodoh apa yang kau lakukan dit? kau melukai dirimu sendiri hanya untuk menolongku?
"bodoh, bodoh"
     dia masih merangkulku
"mendekatlah, aku tak ingin kau terluka."
     aku masih belum bergerak satu sentipun
"kali ini aku serius, apa kau ingin ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan oleh ibumu? apa kau ingin menambah bebannya lagi?"
"tidak" lirih
"baiklah kau mengerti sekarang merapat kepadaku"
     aku pun mengikis jarak kami, hangat..... itu yang kurasakan. dekapannya menenangkan, tunggu, tenang? apa ini rasa sayang?
"aku ingin bertanya padamu, siapa wanita yang pagi ini ku tabrak?"
"apa tidak ada pertanyaan lain?"
"ayolah kau hanya tinggal menjawabnya"
"dia, kekasihku"
"lalu?"
"apa?"
"ya apakah tidak ada penajabaran tentangnya lebih lanjut?"
"dia senior paling ditakuti, sudah lama aku ingin menyudahi semua ini. hidup sebatang kara tak mudah baginya, lagi pula sebagai pria menepati janji adalah keharusan"
"janji?"
"Rio, he is my best friend, we were so close before"
"before"
"he R.I.P now"
"lalu janji apa diantara kalian?"
"wanita itu sangat menyukaiku. rio sahabtku sangat tergila-gila padanya. kepekaanku yang terlalu dangkal tak menyadari bahwa vera telah menyukaiku sejak lama. 5 januari 2013, hari dimana ia mengucapkan kata manis sekaligus pahit. 'terima kasih teman, jagalah dia untukku. kau tau sebagian jiwaku untuknya. see ya"
"apa ia mati tertabrak?"
"tidak, wanita itu memiliki hati yang tidak sempurna. ia berhenti dalam dunia pendidikan sejak ia tahu bahwa hidupnya tak lama lagi. 4 januari, hari dimana insiden tabrak lari terjadi. pendarahan yang banyak tak dapat menyelamatkan rio. ia terlalu menyayangi wanita itu."
"akhirnya rio memberikan hatinya? dan memintamu untuk menjaganya?"
"ya...." 
TES, TES, TES
     tiga bulir menetes didenyut nadiku. sumbernya dua bola indah
"aku tahu, bersabarlah"
     acara dekap-dekapan pun berlanjut. ia tertidur pulas di pangkuanku. aku masih ta menyadari ini, sebenarnya dimana aku? seperti.....
"AKH! AKH!!"


TBC

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15