6 JB

Just Believe
       Aku masih tak percaya, benda lembut ini masih mengulum bibirku. Seketika aku terlonjak dengan ekspresi tak percaya. Bagaimana bisa dia dengan semudah itu mencuri ciuman pertamaku. ciuman pertama? bukankah uks saksi seseorang menciumku dan bahkan aku masih belum tau siapa orang itu. 
"Rei ! Apa yang kau lakukan?"
"tentu saja mencium pacarku"
       Dia mulai mendekatkan wajahnya, mengikis jarak antara wajah kami berdua. Aku mendorongnya kuat.
"maaf Rei, tapi ini tidak benar"
       Aku beranjak pergi meninggalkannya. Ia mematung disana. Tangisku benar-benar pecah. 
"aku mencintaimu, tapi tidak begini caranya"
       berlari secepat ku bisa. tanganku terus mengusap bulir kristal yang menetas melalui dagu runcingku.
"maafkan aku"
       Berkali-kali ku usap bibir ini. masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Aku merutuki diri. menghempaskan tubuh perawan dalam balutan selimut tebal. perawan? satu-satunya yang tak perawan lagi adalah bibirku.
"Rei kau jahat!"
       Aku mulai mengerjap, berusaha mengusir setan yang tengah duduk di kelopak mataku. terompet kemenangan dibunyikan, stan ini berhasil membuatku jatuh dalam mimpi. Jarum jam terus berputar. meski aku berhenti, ia tak mungkin kompromi untuk menemaniku meski hanya satu detik. Jika bisa, aku ingin kembali dimana aku bisa menatapnya. Saat-saat sebelum dia mencuri ciuman pertamaku. 
"Tari, bangun kau tak ingin terlambat untuk pergi ke sekolah bukan?"
"sebentar lagi mbak"
"mbak? aku devi. Ayo dong bangun?"
"Devi?"
       seketika aku bangkit dari tidurku. mengerjap cepat. mendapati dia tersenyum manis menghadapku.
"kau benar Devi?"
"tentu saja. Cepat mandi. Aku puya cerita bagus. Ku tunggu kau dibawah"
"baiklah"
       sudah seperti ibuku saja. bahkan ibuku tak pernah membangunkan ku. 
"sebaiknya ceritamu dapat mngubah moodku. aku sedang dilanda badmood"
"aku mau jujur, soal uks"
       uks? kenapa tiba-tiba dia berkata seperti itu. astaga Tari kuatkan dirimu, ingat dia sahabatmu tak mungkin ia melakukan hal itu. menciumku diuks?
"maaf aku tak bisa jjur kemarin. Aku berusaha, namun sulit untuk jujur. karena sebelumnya aku sudah berjanji pada seseorang. Saat kamu mengetahui ini aku mohon tetap percaya cintamu. Sebenarnya yang terjadi waktu adalah Rei menciummu tepat saat aku memasuki pintu. aku berjanji padanya untuk tidak memberitahuka ini kepadamu. Akhirnya aku sadar, ini menyalahi perjanjian sakral kita. Maaf kan aku"
       aku hanya bisa mengerjap, mataku terbelalak mendengar pengakuannya.
"tidak seharusnya aku yang meminta maaf. aku memikirkan hal yang tidak-tidak tentangmu"
       aku memeluknya erat.
"kupikir kau akan menjauhiku"
"menjauhimu? menjauhi sahabt tersabar termanis dan tecantik didunia. aku rasa itu tidak mungkin bahkan untuk menjauhimu tak pernah terlintas"
       Aku selalu mengerti dia. Tanpa meminta cepat atau lambat dia akan mengungkapkannya.
"baiklah, sekarang waktunya sekolah"
"arrrghh"
"ayolah Tari"
"aku berharap takbertemu dengannya"
       aku masih memikirkan kejadian hari minggu.....

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15