Just Believe

Just Believe
       Disudut ruang dengan penerangan remang. Aku bersandar pada tumbukan Batu besar yang tersusun amat rapi, berkat kerja keras para pria tua yang memaknai hidupnya dengan bongkahan batu itu. Aku kembali tersadar akan tujuanku bersandar disini, dia seorang pria tampan dengan kepribadian baik, rajin, Pintar, manis, lucu. Dialah alasan aku kembali memaknai hidup yang sempat pudar karna masa lalu yang kelam, masa dimana aku diambang kebimbangan, hidup bersedih atau mati bahagia. Kebimbangan itu terus menghantuiku sampai saat dimana, dia muncul dihadapanku tanpa dosa. Mengucapkan namanya dengan hati-hati, peraduan mata terjadi tat diteras rumahku. Semua ini rencana ibuku, wanita tua renta yang hanya ingin kebahagiaan anaknya kembali dan menghapus masa-masa menyedihkan itu. Mataku masih berkutat dengan gerak-geriknya. Aku berpikir apa dia tidak merasa sedang diperhatikan?.
        Bola mataku masih memperhatikannya? Dan terus berpikir kapan dia menjadi jelek?wajahnya selalu tampan dimataku. Astaga aku semakin gila dibuatnya. Tapi aku sungguh berterimak kasih padanya, berkat senyumnya aku hidup. 
         Begitu aku tersadar dari lamunanku, aku menghela nafas.
"Ah, kemana dia? Bahkan sampai saat ini aku masih tidak tahu namanya"
         Ku hempaskan diri ke jejeran batu berbaris dengan pemimpin semen tiga roda. Sialnya malah aku yang terkena imbasnya.
"Aw, assshh kenapa?!" 
         Kekesalanku hanya bisa ku lampiaskan pada batu ini. 
"Tari, kamu kenapa?" Sapanya.
"Ah?! Tak apa?"
"Tapi aku melihatmu berbicara sendiri, kupikir kau...." Sambil menyilangkan satu tangannya.
"What?! Aku apa?!, kau ini ada-ada saja. Aku masih undercontrol cynt, kau tak perlu khawatir"
"Well, like what you said, ok then let me hug you!"
      Gadis polos ini sungguh polos, dia cantik, periang, manis, dan pastinya baik. Banyak pria mengincar hatinya. Karenakepolosannya aku takut, dia hanya menjadi bahan ejekan dan mainan para pria yang tak bertanggung jawab. Tapi saat ini kekhawatiranku sirna, karena hatinya sudah dicuri oleh seorang pria bernama fikri. Dia biasa, standar malah. Itu urusan mereka aku tak mau mengusiknya. Tapi apabila aku sampai mengetahui kalau dia menyakiti sahabatku, tak ada yang namanya longlife baginya,
"Time is over, oke now let me breath".
"Heheh, you are the best. Cuuuup"
"Ahhh!. Cynt!"
       Gadis ini tak pernah berubah, itulah yang aku sukai dari dia. Childish. Aku kembali mengalihkan pandangan kearahnya. Dia menghilang.
"Tari!" 
       Satu lagi, sahabatku Devi. Baik, sangat baik malah. Terkadang aku iri bagaimana dia bisa sesabar itu menghadapi cynthia yang, you know that.
"Oh, ada apa?"
"Aku mencarimu.?"
"Ada apa?"
." Maulah kamu menemaniku ke kanti?"
"Oh tentu, cynt kamu mau ikut?"
" Tidak, aku terlalu lelah"
"Oh, ye beristirahatlah"
       Ah, silir. Kembali aku meresapi tiap sapuan halus angin silir ini melewati leher jenjangku. Seakan, tangan kekarnya mendekap lembut leherku, mengusapnya. Menggelitik, aku bergelinjang.
"Tar? Tar? Tari!"
"Oh ya kenapa?"
" Ah kau melamun lagi, bukan?"
"Ah tidak"
"Jangan bohong 1 tahun aku mengenalmu, aku tau persis tingakahmu saat melamun"
"Aku ketahuan"
"Apa yang kau lamunkan?"
"Kau sudah pasti tau Dev"
"Dia?" 
       Aku mengangguk, Devi sangat mengerti aku. Bahkan jika aku berbohong dia dengan cepat mengetahuinya.
"Kapan kau berhenti?"
"Entahlah, aku masih tak bisa. Dia nafasku."
"Oke, aku hanya tak ingin sahabatku yang cantik ini menangis untuk yang kedua kalinya"
       Ah, dia bahkan mengerti cara meluluhkan hatiku. Aku menyubitnya.
"Yang terakhir sampai kantin, dia yang trktir"
       Aku berlari, begitu juga Devi.
"Tari!"
"Aaaaah!!"
 TBC~

Comments

Popular posts from this blog

RAHASIA KANI SIPI: PERTEMUAN

STORY OF MY LIFE

Just Believe Part 15